Mengintip Gaya Kerja Hustle Culture dan Dampaknya bagi Tubuh

Harisenin.com
2 min readJan 27, 2022

--

Gaya Kerja Hustle Culture

Apa kalian pernah mendengar budaya Hustle Culture? Ya, budaya yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di dunia digital. Untuk mewujudkan kesuksesan dan mimpi seseorang, mereka kadang rela mengorbankan segalanya demi mimpinya terwujud, bahkan tidak jarang mereka mengorbankan tubuh dan mentalnya sendiri.

Nah, kali ini kita akan membahas bersama apa itu kerja hustle culture dan bagaimana dampaknya bagi tubuh kita. Jadi, yuk scroll artikel ini sampai tuntas.

Gimana sih Gaya Kerja Hustle Culture itu?

Hustle Culture adalah istilah bagi mereka yang gila kerja. Secara rinci nya, tindakan yang kerap dilakukan adalah mengurangi jam tidur atau istirahat dan menukarnya dengan jam kerja ekstra.

Tokoh di balik Hustle Culture ini adalah Gary Vaynerchuk atau juga dikenal dengan nama panggung Gary Vee. Gary dengan blak-blakan bilang bahwa ia bekerja sehari lebih dari belasan jam, dan hanya tidur empat jam di malam hari.

Dampak Menerapkan Hustle Culture bagi Tubuh kita

Dengan aktivitas yang begitu panjang durasinya ini tentunya menyebabkan tubuh kurang istirahat dan mengalami tegang dalam waktu yang lama. Tentunya akan menyebabkan banyak dampak negatif. Berikut adalah beberapa dampak dari Hustle Culture.

  • Dampak Hustle Culture pada Fisik

Dampak dari hustle culture ini telah dijelaskan pada penelitian tahun 2018 yang dipublikasikan di Current Cardiology Reports. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel subjek dari Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Cina.

Didapatkan hasil bahwa mereka yang bekerja lebih dari 50 jam setiap minggunya, ditemukan memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, atau juga dikenal dengan infark miokard alias serangan jantung dan penyakit jantung koroner.

Lebih dari itu, mereka yang bekerja 55 jam atau lebih setiap minggunya, sehingga dapat berpotensi terserang penyakit stroke.

  • Dampak Hustle Culture pada Mental

Bekerja keras tanpa disertai istirahat dalam hustle culture akan meningkatkan risiko gangguan pada kesehatan mental, loh. Beberapa masalah yang kerap dialami para penganut hustle culture adalah gejala depresi, kecemasan, sampai pikiran untuk mengakhiri hidup.

Hal ini juga telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya adalah mereka yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu akan mengalami peningkatan cedera akibat kerja. contohnya , penduduk Jepang yang bekerja 80 sampai 99 jam per minggu memiliki risiko 2,83 persen lebih besar terkena depresi.

Nah, bagaimana? Masih tertarik dengan budaya Hustle Culture? Produktivitas memang penting, tapi ada waktu di mana kita juga memberikan jeda pada diri untuk istirahat demi kesejahteraan fisik dan mental kita.

Baca juga artikel: 7 Cara investasi untuk diri sendiri

--

--

Harisenin.com

#1 Work-based Learning Platform. 🎓 Harisenin Millennials School 💁‍♀️ Harisenin Mini School 👩‍💻 Live Class #SadarHarusBelajar lynk.id/harisenin.com